Diari PTT Halsel : Festival Dermaga Gane Timur
Dalam rangka memperingati hari kemerdekaan Republik Indonesia yang ke-72, Kecamatan Gane Timur bekerja sama dengan Pemuda Penggerak Desa mengadakan acara Festival Dermaga yang bertempat di Pelabuhan Maffa. Ini adalah kali pertama adanya festival tersebut di Kecamatan Gane Timur. Tentu saja warga menyambut dengan sangat antusias. Mereka mempersiapkan tiap lomba dengan semangat.
Lomba yang diadakan bermacam-macam dan disesuaikan dengan kebudayaan setempat. Ada lomba karnaval, lomba seni dan budaya, lomba mengail ikan, lomba mendayung, dan lomba lorong bunga. Lomba lorong bunga adalah lomba menghias desa. Masing-masing orang memperbaiki rumahnya terutama pagar sehingga sekarang terlihat makin bagus tiap desanya.
Lomba karnaval bersifat umum dan kebanyakan yang mengikuti adalah sekolah. Mereka memakai baju adat dan di beberapa tempat mereka menarikan tarian seperti tari lalayon dan tari kuda lumping. Ada juga yang memakai kostum sesuai profesi-profesi. Lomba seni dan budaya berisikan lomba seperti tari-tarian, gerak jalan, puisi, dan menyanyi. Tari khas Maluku yang dilombakan adalah tari Lalayon dan Cakalele.
Lomba yang berlangsung di laut ada lomba renang, lomba mengail ikan, dan lomba mendayung. Lomba renang diikuti oleh anak sekolah. Lomba mengail ikan yang menjadi penentuannya adalah berat ikan terbanyak saat ditimbang. Lomba mendayung dibagi menjadi tiga perahu yang berlomba mendayung untuk sampai lebih dulu dari garis awal sampai akhir. Hujan dan angin pun tidak menyurutkan semangat mereka untuk memenangkan semua perlombaan ini.
Menyaksikan setiap lombanya sangat menyenangkan karena melihat antusias dari tiap warganya. Ada yang sudah berlatih sejak jauh-jauh hari, ada yang mencari bunga untuk menghias rumah sampai mengimpor dari daerah lain. Ya, seniat itu memang. Rasanya sungguh terharu melihat masyarakat masih semangat menyambut hari kemerdekaan.
Semoga bukan hanya dari dermaga menatap masa depan, tapi juga mewujudkan masa depan. Memang benar, Indonesia sudah merdeka dari penjajah, tetapi masih banyak yang perlu dibenahi dari berbagai sektor di Indonesia. Misalnya seperti Halmahera Selatan, sebagai contoh sektor pariwisata yang hendaknya mendapat perhatian khusus untuk menunjang pendapatan masyarakat. Alamnya sangat cantik, sebut saja Widi, Sali, Kayoa, tetapi semua tak terurus dan akses susah. Begitu pula dengan pendidikan, ada beberapa yang masih tidak sekolah. Padahal jika masyarakat cerdas, maka pikiran yang maju kelak juga akan memajukan Indonesia. Bukan hanya pikiran uang melulu.
Ini hanyalah contoh kecil dari Indonesia, pasti masih banyak daerah lain yang juga mengalami hal sama. Mungkin memang banyak yang masih memikirkan uang untuk diri sendiri sehingga hak yang seharusnya untuk rakyat demi kemajuan pembangunan negara dipakai untuk diri sendiri. Banyak juga dari masyarakat yang apatis sehingga membiarkan hal ini berlarut-larut dan sudah mengakar. Memang benar kita sudah merdeka, tapi tidak seratus persen bebas dari penjajah bangsa sendiri yang mementingkan kepentingan pribadi dan mereka yang tidak peduli. Masih banyak korupsi, kolusi, dan nepotisme yang terjadi.
Harapan aku sungguh besar untuk Indonesia bangkit. Meskipun banyak perbedaan suku, agama, ras, atau bahkan partai politik, biarlah itu tidak memecah bangsa karena sangat mudah sekali memecah Indonesia dengan hal-hal sensitif seperti itu. Ah bangsaku, kamu kok ngga maju-maju sih, bahkan memilih pemimpin-pemimpin pun terpaku pada hal seperti itu, tanpa memikirkan kredibilitas dan kemajuan yang dibuatnya.
Semoga saja bangsaku terus mengingat perjuangan para pahlawan untuk kemerdekaan kita, sampai bahkan dulu kita disegani oleh negara asing, supaya tidak menyia-nyiakan kemerdekaan hanya untuk kepentingan pribadi. Salam hangat dari timur Indonesia. Merdeka! Merdeka! Merdeka!
Comments
Post a Comment