Bromo-Madakaripura dengan Motor

Terkadang sesuatu yang direncanakan dengan matang bisa tidak terjadi, malah rencana perjalanan dadakan yang biasanya kesampean. Perjalanan kali itu bisa dibilang sangat mendadak. Saya baru diajak Kiki sehari sebelum berangkat. Kiki ajak trip ke Bromo dan Madakaripura naik motor bareng teman-teman pacarnya, anak-anak ITS. Pada tanggal 10 April 2015, sekitar pukul 11 malam, kami berkumpul di Indomaret Karang Menjangan. Akhirnya tengah malam itu, saya, Kiki, Mayu, Aida, Aish, Mbaksu, Palah, Kopet, Nizam, Idham, Otto, dan Angger berangkat menuju Bromo naik motor.


BROMO
Perjalanan dari Surabaya menuju Probolinggo ditempuh dalam waktu 3 jam. Kami memilih jalur Tongas - Sukapura - Cemorolawang. Dari Tongas menuju Sukapura, motor yang saya naiki bannya bocor. Saya dan teman saya pun menumpang mobil pick-up penduduk setempat yang lewat. Di Cemorolawang kami diturunkan di tempat teman pengemudi mobil pick-up itu yang membuka usaha tambal ban dan warung. Setelah masalah motor sudah beres, kami melanjutkan perjalanan ke Bromo. Kami melewati pasir berbisik untuk menuju penanjakan. Saat melewati pasir berbisik, motor yang dinaiki Mayu bocor sehingga untuk sampai ke atas Mayu naik ojek. Saya dan Kiki sempat berjalan kaki sebentar karena motor yang kami naiki tidak kuat saat menuju Penanjakan sampai akhirnya memutuskan naik ojek juga.

Dengan berbagai kendala, kami akhirnya sampai di Penanjakan Bromo. Karena penanjakan 1 yang biasa dilewati pengunjung dengan menaiki tangga-tangga sudah penuh, maka kami ke penanjakan 2. Sangat menyenangkan melihat matahari terbit. Di penanjakan ini sinyal telepon sangat kuat sehingga tidak perlu khawatir kalau mau update di media sosial ataupun sekedar mau memberi kabar.

Setelah dari penanjakan, kami pun menuju Bukit Teletubbies. Di dekat bukit ini, ada penjual bakso yang disebut pentol oleh orang Jawa Timur. Di Bukit Teletubbies ini selain memang berisi rumput yang membuatnya berwarna hijau asri, juga banyak tanaman Edelweiss yang bisa ditemukan. Karena bensin motor-motor kami pas-pasan, kami pun segera keluar dari area Bromo.


MADAKARIPURA
Setelah mengisi bensin dan beristirahat sejenak, kami melanjutkan perjalanan menuju Madakaripura. Kalau dulu waktu saya pertama kali ke Madakaripura harus menyusuri sungai untuk sampai ke air terjunnya, sekarang sudah ada jalan lurus beraspal untuk mencapai air terjunnya. Setelah sampai di air terjunnya, kami memanjat tebing bebatuan untuk mencapai kolam yang di atas. Sangat disarankan untuk memakai sandal gunung.

Setelah memanjat, kami sampai di kolamnya. Kolam ini memiliki kedalaman sekitar 7 m, semakin dekat air terjunnya semakin dalam. Penduduk setempat meyakini kolam ini merupakan tempat pertapaan Patih Gadjah Mada di akhir hidupnya. Arus air di kolam ini sangat deras sehingga saat musim hujan sangat berbahaya dan sudah memakan banyak korban.

Setelah puas bermain air dan mandi, kami pun menuju Probolinggo untuk makan. Kami saat itu makan Bakso Pak Eddy, bakso yang terkenal di sana. Setelah beristirahat sejenak di masjid daerah Probolinggo, kami pun pulang kembali ke Surabaya dan sampai Surabaya sekitar jam setengah 10 malam. Meski lelah naik motor dan tidak tidur seharian, pengalaman ini tetap seru dan tidak akan saya lupakan.

Comments