Diari PTT Halsel : Ternate


Sejak kecil, setiap papa kerja di luar kota, aku dan adik-adik sering banget ikutan sekalian libur. Bandung, Sukabumi, Medan, Manado, Bali, dan lain-lain. Hanya Ternate saja yang belum pernah karena sudah sibuk kuliah dan kejauhan. Aku dulu cuma berpikir, suatu hari nanti aku harus ke sana, bukan cuma liat dari foto liburan papaku. Akhirnya setelah bertahun-tahun kemudian, aku beneran bisa keliling liburan di Ternate dengan uang sendiri. Yeiy! Dreams do come true, honey. So, keep dreaming and make it happens. Sama seperti waktu dulu, ingin kuliah di Surabaya meski dengan alasan yang salah, seperti akhirnya ke Ternate juga, aku tetap percaya kalau mimpi-mimpi aku yang lain kelak akan terwujud juga.

Di Ternate aku menginap seminggu di rumah Mbak Ririn, kakak kelas di FKG Unair. Mamanya benar-benar mama piara terbaik. Mama piara itu adalah orang yang sudah seperti mama kita sendiri, ngasih kita makan nginep juga, pokoknya mengayomi seperti mama kitalah. Seminggu di Ternate selain syawalan tentu baronda juga.

Hari pertama baronda ke Jikomalamo. Di sana bisa snorkeling, introdive, atau sekedar menikmati laut sambil makan sarmento (sarimie deng telor). Karena beberapa hal aku ga bisa ikutan snorkeling sama introdive, padahal seru banget loh kalau liat foto-fotonya. Kakak-kakak dari @laconnadiveclub (cek instagramnya) ngajarinnya asyik dan motoinnya make SLR yang dibungkus plastik waterproof. Ciamik soro. Asli nyesel banget. Semoga September ini bisa introdive ke sana. Karena ga ikutan nyebur ke air, jadilah aku cuman makan sarmento sambil tidur-tiduran aja.




Setelah dari Jikomalamo, kami lanjut ke Danau Tolire. Di sana ada Danau Tolire Besar dan Tolire Kecil. Menurut cerita masyarakat setempat, dulunya di desa Tolire ada ayah dan anak yang melakukan hubungan terlarang sehingga terkena karmanya dan desa tenggelam. Danau Tolire Besar tempat ayahnya, Danau Tolire Kecil tempat anaknya. Di sana ada kepercayaan kalau batu yang kita lempar ga akan sampai ke dasar danau, jadi jangan heran kalau banyak anak kecil jualan batu. Selain itu, katanya di danau tersebut ada buaya putih.

Destinasi selanjutnya adalah Batu Angus. Maluku Utara dikenal dengan sebutan Kie Raha (empat gunung), yaitu Ternate, Tidore, Bacan, dan Jailolo. Gunung di Ternate, yaitu Gamalama masih aktif. Bekas letusannya jauh sekali. Laharnya sampai ke tepi laut dan membentuk Batu Angus ini.


Kemudian kami ke Benteng Toluko. Sama seperti Tidore, di Ternate juga terdapat benteng karena bekas jajahan Portugis-Spanyol. Setelah puas berfoto, sebenarnya kami ingin mampir Kedaton. Sayangnya sudah tutup, jadi kami lalu lanjut ngopi di Teko dekatnya Hypermart.

Hari kedua baronda di Ternate kami ke Pantai Gambesi, tempatnya uang 1000 dibuat. Benar-benar kelihatan Pulau Maitara dan Pulau Tidore, sayang ketutupan awan dan ga ada perahu jadi kurang mirip deh sama uangnya.

Kemudian kami lanjut ke Puncak Ngade. Dari sana terlihat Danau Ngade dan Pulau Maitara Tidore di kejauhan. Di sana ada beberapa tempat untuk foto, masing-masing bayar 5000. Seandainya mereka punya modal lebih, di tempat foto itu mungkin bisa dibuat kafe atau warung kopi supaya lebih oke lagi.

Setelah itu, kami pun ke Danau Ngade. Di sini kita bisa makan ikan yang diambil langsung dari karamba-karamba di danau ini. Harga ikannya per kg bervariasi tergantung jenisnya, kisaran 60 ribu sampai 150 ribu.

Kami lanjut ke Swering. Swering ini tempat makan dan karena jalannya sangat sempit, mobil-mobil yang keluar dan masuk seringkali menyebabkan kemacetan. Mungkin bisa lebih diatur lagi parkirannya. Di sana kami makan coto makassar dan membungkus pisang dan terang bulan untuk dibawa ke Taman Moya.

Taman Moya seperti bukit bintang. Di sini ada saung-saung tempat kita makan sambil melihat lampu-lampu kota yang seperti bintang di bawah sana. Kami pun memesan Kopi Nyiru. Bedanya sama kopi rampa, kopi ini ga make jahe. Rasanya lebih enak karena ga terlalu manis. Aku suka banget.


Hari ketiga baronda, kami makan di Rumah Makan Papeda di dekat pasar tepi laut. Di sini makan tipe all you can eat seharga 30 ribu sudah sama minum. Papedanya enak lagi. Terus ada ikan cakalang bisa pake kuah soru atau kuah kuning atau kuah bening. Selain dabu-dabu colo, ada juga dabu-dabu kacang. Paling nikmat sambil makan batata deng kasbi. Nyesel makanku kurang banyak.

Setelah itu, kami ron Jatiland. Meskipun pusat pemerintahan Provinsi Maluku Utara di Sofifi, tapi pusat peradabannya di Ternate. Di sini ada dua mall, yaitu mall lama dan Jatiland, serta ada juga Hypermart. Dulu cuman tau Jatiland dari gambar rancangannya di laptop papa. Setelah masuk di sana, ternyata jadinya beda ya, Pa, haha. Di Jatiland selain belanja di Multimart, kami mencicipi makanan khas peradaban kota. Kami makan KFC dan Paparons, terus lanjut ngopi di Excelso. Lumayan deh rasa kangen sama ibukota bisa terobati.

Setelah puas menikmati dan melukis memori di Ternate-Tidore-Maitara selama seminggu, kami pun satu per satu pulang ke pulau masing-masing. Sedih harus kembali ke kenyataan. Selamat mengabdi kembali teman-teman. ♡

Comments