Diari PTT Halsel : Pulau Bacan


"Apa sih alasan kamu PTT?" Ini adalah pertanyaan wajib kakak-kakak dokter waktu pertama kali kita datang ke Halmahera Selatan. Setelah banyak pertimbangan dan beberapa alasan akhirnya aku mutusin PTT juga. Tapi aku ga nyesal kok PTT ke Halsel sini. Maluku Utara memang tempat pelarian terindah. Terima kasih Malut udah buat aku jatuh cinta lagi dan lagi sama pesona keindahan alammu. Heaven on earth!

Tanggal 6 Maret 2017, akhirnya aku menginjakkan kaki pertama kali di Maluku Utara. Berangkat sendiri subuh dari Soekarno Hatta, Jakarta, lalu transit di Makassar. Akhirnya sampai juga di Bandara Sultan Babullah Ternate. Pertama kaget juga kalau beda dua jam sama Pulau Jawa (kirain cuman satu jam, ternyata aku pergi jauh juga sampai ke kawasan WIT).

Malam itu juga aku berangkat dari Pelabuhan Bastiong, Ternate, menuju Pelabuhan Babang, Pulau Bacan. Destinasi pertama aku Pulau Bacan karena pulau ini merupakan pusat pemerintahan Kabupaten Halsel.

Tanggal 7 Maret subuh aku sampai di Pulau Bacan. Hari itu aku langsung mengurus berkas-berkas di Dinas Kesehatan Halsel, yang ternyata baru kelar semua setelah sebulan tinggal di Pulau Bacan. Selama di sana, aku tinggal di mess dokter putri di Mandaong. Di sana aku ga pernah sendirian karena kakak-kakak dokter datang silih berganti dengan urusannya masing-masing.

"Sebulan di Pulau Bacan ngapain aja dong?" Selain ngurus berkas, bantu-bantu jadi panitia Hari Kesehatan Gigi Sedunia yang kebetulan bertempatan di Pulau Bacan untuk PDGI cabang Malut. Terus kegiatan selama sebulan, pagi biasanya ke pasar baru atau beli nasi kuning sama kakak-kakak dokter, masak-masak, dan sorenya baronda (jalan-jalan). Untungnya ada kakak-kakak geng Bacan yang setia menemani selama sebulan di sana: Kak Onha, Kak Yunhi, Kak Lisa, Kak Fira, Mbak Ades, dan Mbak Lala. Dari awal pertama ketemu langsung klop dan curhat-curhatan kegalauan bareng hemm. Makasih buat semua nasehat-nasehatnya kak.


"Baronda ke mana aja selama di Pulau Bacan?" Favorit aku ya Swering (pinggir pantai). Di sana makan pisang dabu-dabu dan minum es kacang merah sambil menikmati senja. Menuju senja biasanya kita juga bisa ngelihat elang yang sering terbang di atas laut. Lalu ada juga Derma (Dermaga Merah) dan Derbi (Dermaga Biru). Di sana tempatnya batobo (berenang) di Pulau Bacan. Kalau untuk batobo Derma lebih bagus karena karangnya, kalau untuk nongkrong lebih enak di Derbi.


Ada juga Jembatan Batu Bacan. Kalau kamu mendengar kata Bacan, pasti yang terlintas di pikiran pertama kali adalah Batu Bacan, batu akik yang terkenal pada masanya. Padahal justru batu bacan asalnya bukan dari Pulau Bacan, tapi dari Pulau Kasiruta di sebelah Pulau Bacan. Meski begitu, Jembatan Batu Bacan juga salah satu ikon Pulau Bacan. Jembatan ini lantainya dibuat dari batu bacan. Jembatan ini terletak di sungai yang muaranya ke laut. Ujungnya terdapat Pantai Joronga.

Pantai Joronga merupakan pantai bakau. Katanya sih masih ada buaya di sekitar situ, bahkan beberapa nelayan pernah jadi korban. Di tengah lautnya dulu terdapat dua pohon yang tumbuh dan kemudian oleh masyarakat diambil dan dipindahkan ke pinggir pantai lalu dipagari. Pantai Joronga sendiri sedang dikembangkan menjadi objek wisata yang lebih baik.

"Barondanya naik apa?" Seringnya sih naik mobil Kak Onha dan Kak Yunhi. Tapi untuk tempat dekat bisa naik ojek atau otto (angkot). Khas otto Maluku Utara adalah musiknya yang kencang sekali. Musik yang diputar biasanya lagu Ambon. Lama-lama jadi hafal dan suka juga. Kebanyakan lagu romantis dan galau gitu sih. Paling sering lagunya Mitha Talahatu. Favorit aku: Beta Seng Marah, Se Paleng Bae, Manyasal, Sio Kanapa, Cinta Lama, Cinta Butuh Pengorbanan. (Bahkan tiap hari Puskesmas Maffa juga putar lagu itu. Hammadan!)

"Makanan favorit di Pulau Bacan apa?" Aku paling sering sih ke nasi kuning seberang masjid, mie ayam, ayam goreng seberang Bank Muamalat, coto makassar padaidi, es cokelat di sebelah padaidi, bubur manado di sebelahnya, dan es pisang ijo. Karena Pulau Bacan merupakan pusatnya Halsel, jadi di sini sudah tergolong paling maju daripada yang lain. Ada cafe juga loh. Favorit aku Fatimah Coffee Corner, yang punya masih saudara Kak Onha. Jadi waktu pembukaan kami datang dan waktu itu ngundangnya Anji. Menu makanan dan minumannya seperti cafe di Pulau Jawa. Hits!

Sebulan di Pulau Bacan, Maret lalu, memang banyak kisah yang ga bisa diceritain semua di sini. Yang jelas sekarang aku rindu Bacan dan kakak-kakak di sana. Aku juga sangat rindu langit senja Bacan yang selalu mempesona.

Comments