Diari PTT Halsel : Pulau Sali


Perayaan ulang tahun yang paling aku suka adalah langit biru dan laut biru. Jadi biasanya menjelang ulang tahun, sebelum tanggal 4 Mei, dari tahun ke tahun biasanya aku suka pergi ke pantai. Jadi, ketika awal Mei pas hari libur lalu diajak pi Sali jelas seneng banget. Kami kalau baronda emang pas hari libur bisanya, jarang bisa kemana-mana selain hari libur. Jadi kalau ada hari libur suka kalap baronda.

Tanggal 1 Mei, kami mau pi baronda ke Sali. Dari Maffa, subuh-subuh, aku berangkat dibonceng Ko Il, Mbak Dennise deng (dengan) Ongen, Mbak Alif deng Mas Agil, Teh Amel deng Mas Panji. Kami berangkat dari Maffa menuju Saketa yang jadi titik temunya Geng Gane. Selama perjalanan kita bisa ngeliat proses matahari terbit karena kami menyusuri sisi timurnya Gane. Perjalanan kali ini adalah full teamnya Geng Gane (aku, Mbak Dennise, Mas Agil, Mbak Alif, Bang Ahmad, Mas Fuad, Mas Panji deng istrinya Teh Amel).

Kemudian Geng Gane naik speed dari Saketa, sedangkan Geng Bacan (Kak Ardi, Gema, Kak Donny, Kak Yunhi, Kak Onha, Kak Al, Kak Ami, Mbak Ades, Mbak Lala, Mbak Yennie) naik avicenna dari Babang, Pulau Bacan. Kami kemudian ketemuan di Pulau Kushu, bentuknya seperti Bukit Teletubbies, katanya sih kalau naik ke atasnya kita bisa liat pemandangan laut yang cantik banget.

Saat akan bersandar di Pulau Kushu, kami bertemu dua bule yang baru turun dari speednya Kushu Resort. Bule ini fasih berbahasa Indonesia. Mereka melarang kami untuk turun dan mendaki Pulau Kushu karena katanya sudah dibeli pribadi. Baru boleh didatangi kalau resort yang sedang dibangun sudah jadi. Kalau tetap memaksa mau ke sana harus hubungi pemda dulu. Akhirnya kami memutuskan putar arah ke sisi lain Pulau Kushu tapi terus dikejar sama bulenya dan jadinya kita keluar dari Pulau Kushu dengan terpaksa deh.

Kami akhirnya lanjut ke Pulau Sali. Kapal kami bersandar di dermaganya. Kami pun mulai batobo di dermaga bareng anak-anak penduduk asli Sali. Mereka jago banget free diving tanpa apapun bahkan. Trus bawah lautnya Sali asli cantik banget. Tercantik se-Halsel menurut aku. Karang-karangnya penuh padat, beranekaragam, hidup semua jadi berwarna-warni. Rasanya bahagia banget berenang sama ikan-ikan banyak, tanpa harus kasih remah-remah roti seperti di Pulau Jawa.



Semakin ke arah tanjung, pemandangan bawah lautnya semakin cantik. Sayangnya aku hampir kebawa arus karena emang arusnya kuat banget di daerah arah tanjung. Sampai-sampai aku, Mbak Yennie, Mbak Lala, Mbak Alif, Mas Agil, Kak Onha, Mbak Ades terdampar di batu-batuan dekat daerah tanjung sampai avicenna datang menjemput. Ga bisa balik saking kuatnya arus.

Setelah itu kami lanjut mencari spot snorkeling lain ke Pulau Nanas. Karena kurang sreg, kami jadinya balik muterin Pulau Sali lagi, ke sisi sebaliknya dermaga. Di sana kami makan siang di tepi pantai dulu sebelum lanjut ke area tanjungnya Sali untuk snorkeling lagi.


Dari area tanjung, kami lanjut ke resortnya Sali. Resort ini juga dimiliki bule tapi lebih baik, kita masih boleh naik dan numpang ke toilet. Cuman karena karang di sekitar masih dalam proses budidaya, jadilah kami ga boleh batobo di sekitar situ. Tapi kita bisa liat tuturuga (penyu) nongol. Beruntung banget.

Kemudian akhirnya kami kembali ke dermaga untuk batobo lagi. Saat mau sore begitu justru laut sudah mulai surut dan ga ada arus. Jadi batobonya lebih asyik. Setelah puas, kami pun berfoto di dermaga dulu sebelum pulang ke tempat masing-masing. Geng Gane ke Saketa, Geng Bacan ke Babang. Sedih deh rasanya berpisah sama kakak-kakak lagi. Pengennya rame-rame terus.

Setelah sampai di Saketa, kami langsung ganti baju untuk pulang ke tempat kerja masing-masing. Dari Saketa ke Maffa naik motor 2 jam sampai badan sakit karena kebanyakan jalan belum diaspal memang. Untung langit cerah jadi tanahnya masih enak dilewati. Meski badan suak, yang jelas bahagia banget bisa menikmati bawah lautnya Sali. Pengen ngulang ke sana lagi rasanya..

Comments